Karya Tulis Kel.2

 

KARYA TULIS BULAN KE-1 (OKTOBER)
Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) V 2022
Siswa & Guru SMP Muslimin Cililin

MUHASABAH (Muslimin Handal, Sahabat Baca, Hebat)


PANTUN 

Karya    : Lita Purnama, S.Pd

PENDIDIKAN

Ke sekolah bawa pensil
Pulangnya memakai sandal
Belajarlah sewaktu kecil
Kelak dewasa tak menyesal.

Pagi-pagi minum jamu
Siangnya minum buavita
Semangatlah menuntut ilmu
Agar dapat meraih cita
 
Jika telah sampai Jakarta
Janganlah lupa ke kota tua
Jika sudah tercapai cita
Bahagialah hati orangtua.


CERMIN 

Karya    : Anisa Amelia Putri (8 C)

BERPISAH ITU MENYAKITKAN 

Hai namaku Viona, aku seorang siswi di salah satu sekolah di kabupaten Bandung Barat. Aku mempunyai dua teman ketika kelas tujuh, tetapi sayangnya kita harus berpisah karena satu temanku harus ikut bersama orang tuanya, namanya Danis. Temanku yang satunya namanya Indy, yang sampai saat ini kita selalu bertemu.

Awalnya aku dan Indy satu sekolah di SD, tapi ketika SMP kita berbeda kelas. Dan ketika masuk kelas tujuh aku kenal dengan teman sekelas hanya dengan Danis, karena aku orangnya tidak mudah akrab dengan orang lain. Tapi karena di kelasku jumlah siswanya sedikit, kelasku dibubarkan, siswa-siswi di kelas kami dipecah, berpencar masuk ke kelas lain, dan kebetulan aku masuk ke kelas temen aku yaitu Indy.
"Loh, kok kamu di sini?" Tanya Indy penasaran.
"Iya, kan kelas aku dibubarkan dan aku masuk kelas kamu. Beruntung kan?" Jawabku dengan perasaan antara senang dan sedih.
Sedihnya itu aku berpisah dengan Danis, senangnya aku pindah ke kelas Indy. Perasaanku campur aduk.
"Oooh, eh iya kalau Danis pindah ke kelas mana?" Sambung Indy.
"Danis? Danis pindah ke kelas sebelah" Jawabku.
"By the way wali kelas kita sama loh mapel nya" kata Indy.
"H-ha?" Jawabku penasaran.
"Ih masa gak tau, maksudnya wali kelas kita sama mapel yang di pegangnya gitu" kata Indy memperjelas.
"Oh, iya yah mapel wali kelas kita sama. IPA ya?" Tanyaku.
"Nah iyakan" jawab Indy.
"Aku baru sadar loh" kataku yang baru sadar bahwa mapel wali kelas nya sama.
"Eh nanti pas jam istirahat kita ke kelas sebelah ya ajak Danis dulu" sambungku.
"Boleh juga tu, soalnya aku sudah beberapa hari gak liat dia" jawab Indy.
Pas jam istirahat tiba aku dan Indy buru-buru ke kelasnya Danis.
"Danis, ayo sini kita jajan bareng" bisikku.
"Apa? Jajan? Bentar ngerapihin dulu alat tulis" jawab Danis.
Tidak lama kemudian Danis pun keluar dan kita langsung pergi ke Kantin.
"Kamu mau pesen apa Indy?"  Tanya Danis Ke Indy.
"Kalau aku sih pengen lumpia basah" jawab Indy.
"Kalau kamu?" Tanya Danis.
"Aku? Aku mau jasuke sama seblak" jawabku.
"Oh ya udah nanti kalian cari meja biar aku yang pesenin" sambung Danis.
"Eh aku minumannya pop ice rasa cokelat susu" kata Indy.
"Aku juga sama" pintaku.
" Ya udah aku pesenin dulu" kata Danis
Setelah itu aku dan Indy pergi mencari meja, sedangkan Danis ke ibu kantin.
"Buu aku pesen jasuke satu, lumpia basah satu, seblak dua sama cimol satu, minumanya pop ice rasa cokelat susu 3" kata Danis ke ibu kantin.
"Siap Neng, di meja nomer berapa?"  Tanya ibu kantin.
"Bentar Bu... Emm meja nomer lima Bu " jawab Danis.
"Ya udah tunggu ya Neng nanti ibu anterin" kata ibu kantin.
Setelah itu Danis pun pergi ke meja nomor lima, menghampiri aku dan Indy.
"Tunggu dulu ya nanti sama ibu kantin dianterin ke sini" kata Danis sambil duduk.
"Iya tenang saja, waktunya juga masih lama" jawab Indy.
"Dan, katanya Bu Lina  mau pindah?" Tanyaku menyelangi pembicaraan Danis dengan teman sekelasnya.
"Maaf-maaf, apa Viona kamu tanya apa?" Jawab Danis sambil menghentikan pembicaraannya dengan teman sekelasnya.
"Aku tadi nanya katanya Bu Lina mau pindah?" Kataku mengulangi pertanyaan.
"Benar Bu Lina mau pindah tapi itu juga belum pasti" jawab Danis setengah berhenti karena ibu kantin mengantarkan pesanan kami.
"Neng ini pesenannya, jasuke satu lumpia basah satu seblak dua sama cimol. Minumannya nanti ya soalnya banyak yang pesen" kata ibu kantin.
"Oh gak apa-apa minumannya nanti saja, santai saja bu" balas Indy.
"Kalau gitu ibu bikinin dulu  pop ice rasa cokelat susu tiga ya?" Sambung ibu kantin.
" Iya bu" jawab Danis.
Setelah itu ibu kantin pun pergi.
"Makan dulu nanti keburu dingin sama waktunya tinggal tiga puluh menit lagi, nanti sore lanjutin ceritanya" kata Indy yang duluan makan.
 Kami pun menyantap pesanan kami. Beberapa menit kemudian ibu kantin datang lagi.
"Neng ini minumannya" kata ibu kantin sambil memberikan pesanan kami.
Begitu selesai makan dan minum, kami langsung kembali ke kelas masing-masing.
Ding Dong
Jam Istirahat sudah selesai semua siswa segera masuk ke kelas masing-masing karena jam pelajaran akan segera di mulai.
Ding Dong
"Untung udah selesai makannya dan udah di kelas" keluh batinku.
Beberapa jam kemudian 
Ding... Dong...
Jam pelajaran telah berakhir semua siswa segera pulang.
Ding... Dong...
"Akhirnya pulang" kata Indy sambil membereskan alat tulis.
"Kamu malah senang pulang, tugas kita belum beres, di tambah hari ini kita harus kerja kelompok" keluh ku pada Indy.
" Eh iya ya, hemm" balas Indy menghela napas.
Setelah itu kami pulang bertiga bersama Danis, kebetulan satu arah.
Dalam perjalanan pulang
"Danis, bu Lina mau pindah kemana?" Tanya ku.
"Katanya mau pindah ke Jakarta ikut suaminya"jawab Danis.
"Ish... Kalau bukan ikut suaminya aku gak mau sekolah, tapi karna ibu ingin berbakti kepada suaminya jadi biarkan saja" keluh batinku.
"Ibu Lina itu hebat ya, kehilangan pekerjaan demi suami pasti suaminya bangga deh punya istri penurut" kata Indy.
"Iya karena itu aku suka bu Lina, dia itu baik, sabar, penyayang, dan pintar" kataku.
Kemudian kami berpisah dengan Danis, Dia belok kanan kami lurus.
"Yaudah kalau gitu nanti kita lanjutin lagi di WhatsApp ya" kata Danis.
"Baiklah" jawab ku.
Beberapa menit kemudian aku berpisah dengan Indy karena Indy sudah sampai dirumahnya sedangkan 
Aku pun langsung ganti baju dan langsung mandi terus sholat.
Setelah selesai sholat aku pergi makan bersama ibu, sehabis makan aku langsung pergi mengaji.
Dua jam kemudian
"Akhirnya selesai juga tinggal ngobrol bareng besti besti aku" kata batinku.
Setibanya di rumah aku langsung pergi ke kamar dan ku ambil hp lalu pergi ke kasur dan langsung membuka aplikasi WhatsApp lalu mengetik pesan ke Danis.
" Danis lagi apa "  Pesanku.
" Lagi makan " jawab pesan dari Danis.
" Eh Viona, barusan kata bu Lina mau pindah antara satu atau dua mingguan lagi" sambung pesan Danis.
" Apa? Satu atau dua mingguan???" Kata batinku mengeluh.
" Viona " pesan Danis.
" Viona, kok dibaca tapi gak di bales kemana ni orang? Sambung pesan Danis.
" Ehh iya ini aku ada, maaf aku melamun bentar " balas pesan dariku.
" Kamu melamun mulu , jangan melamun nanti kesambet loh " pesan Danis.
"Iya iya" pesan ku.
" Ya sudah kalau begitu udah dulu ya " pesan Danis.
" Iya " Balas pesanku kepada Danis.
Satu minggu kemudian
"Udah satu minggu nih bu Lina ada gak ya? Kalau gak ada berarti udah pindah dan pelajaran SBK nanti bakal jamkos auto seisi kelas konser mendadak" Kataku kepada Indy.
" H-hah, bu Lina pindah hari ini?" Tanya Indy.
" Gak tau, tapi kata Danis satu minggu lalu bu Lina mau pindah sekarang atau minggu depan " jawabku.
"Semoga gak pindah nya hari ini aamin" kata Indy.
"Iya semoga bu Lina pindahnya taun depan atau bahkan jangan pindah aamin " kataku.
Tidak lama kemudian, Danis pun terlihat sudah menunggu kami.
" Ish lama sekali kalian ni " kata Danis di campur amarah.
"Maaf-maaf tadi aku BAB dulu hihihi" kata Indy.
" Iya tuh si Indy BAB dulu aku juga lama nungguinnya " kata ku sambil menenangkan Danis.
" Ayolah, jangan di permasalahkan! Aku tau aku salah sekali lagi aku minta maaf" kata Indy.
Setelah itu kami pun berangkat ke sekolah bertiga. Sesampainya di sekolah kami langsung berlari menuju ke kelas masing-masing dan benar saja kami hampir telat, tidak lama kemudian bel pun berbunyi. 
Ding Dong
Jam pelajaran akan segera di mulai semua siswa segera masuk ke kelas masing-masing.
Ding Dong
" Tuh kan , untung udah sampai di kelas kalau belum bagaimana nasib kita" kata ku kepada Indy.
"Iya iya sekali lagi maaf ya" pinta Indy.
"Awas jangan di ulangi lagi ya" kataku.
"Iya" jawab Indy.
"Assalammualaikum"
"H-hah?" Keluh batinku
"Wa'alaikumussalam" semua siswa menjawab salam dari ibu guru.
"Wa'alaikumussalam" kataku.
"Alhamdulillah bu Lina belum pindah , aduh aku tadi terakhir menjawab salamnya" pikirku.
"Viona, kenapa kok jawab salamnya terakhir?" Kata bu Lina.
"E-eh enggak kok bu" jawabku.
"Haduh kacau nih" batinku mengeluh.
"Yaudah, sekarang buka buku paketnya halaman 30 ... Sudah? " Kata bu Lina.
"Sudah bu" jawab semua siswa.
"Dari penari sampai tersebut halaman 43 dirangkum ya, catat yang pentingnya saja" sambung bu Lina.
"Baik bu" jawab semua siswa.
Satu jam kemudian
"Udah selesai anak-anak?" Kata bu Lina.
"Sedikit lagi bu" kataku.
"Ada yang udah ada yang belum ibu" kata sekertaris kelas.
"Yasudah, kalau yang udah selesai nulisnya kesini ibu mau periksa sekaligus menandatangani catatan nya" kata bu Lina.
"Baik bu" kata sekertaris kelas.
Beberapa menit kemudian
"Ibu ini yang baru selesai" kata sekertaris kelas.
" Oh iya simpan saja di meja, ibu mau bicara dulu sebentar" kata bu Lina.
" Oh baik bu, kalau begitu saya kembali duduk" kata sekertaris kelas.
"Anak-anak, ibu mau pindah" kata bu Lina.
" Pindah kemana bu, kenapa pindah??" kata ketua murid kelasku.
" Ibu pindah ke Jakarta, ibu pindah karena ikut suami ibu " sambung bu Lina.
Serektak seisi kelas menangis
"Ibu mau pindah kapan?" kata salah satu siswa.
" Satu mingguan lagi... Udah dong jangan nangis kalau kalian nangis ibu juga ikutan nangis. Ibu doakan semoga kalian cita-citanya tercapai dan menjadi anak Sholeh dan Sholehah, selalu berbakti kepada orang tua dan kalau ibu ada salah mohon di maafkan, kadang ibu selalu marah sama kalian ibu minta maaf kalau perilaku ibu kurang baik kepada kalian dimaafkan tidak? Kata bu Lina.
"Di maafkan bu… kami juga kalau ada salah sama perilaku kami mohon maaf bu, kadang juga kami selalu membuat ibu marah, kadang membuat ibu kesal kami minta maaf atas perilaku kami" kata ketua murid kelasku.
"Ibu sudah maafkan, sudah-sudah jangan nangis kan kita bisa videocall di WhatsApp, punya nomer ibu kan?" Kata bu Lina.
"Punya bu" jawab semua siswa.
" Ya udah waktunya juga sudah habis, oh ini buku yang tadi tolong bagikan" kata bu Lina sambil membereskan alat-alat nya.
"Siap bu" kataku.
Tidak lama kemudian bu Lina pergi ke luar, dan guru mata pelajaran ke dua sudah masuk.
Satu jam kemudian
"Sekian dari bapak apabila ada salah kata-kata mohon maafkan silahkan istirahat wassalamu’alaikum wr wb" kata bapak guru.
"Wa'alaikumussalam wr wb" jawab semua siswa.
" Tumben bel istirahat gak berbunyi?" Kata Indy.
" Iya ya biasanya bunyi" balasku.
" Gak papa lah gak usah dipikirin gak penting" sambungku.
"Iya, ayo kita jajan mau sekalian bareng sama Danis gak?" Tanya Indy.
" Ya iyalah ajak Danis ntar ngambek loh kalau gak di ajak" jawabku.
Setelah itu kami pun pergi mengajak Danis lalu langsung pergi ke kantin.
Beberapa menit kemudian
"Ayo kita pergi ke kelas" ajakku.
" Iya ayo" kata Danis.
"Iya lagian pula makanan kita udah habis" kata Indy sambil berdiri dari bangku kantin.
"Ayo" sambung Indy.
Kami langsung bergegas menuju ke kelas.
Beberapa jam kemudian
"Akhirnya pulang" kataku.
" Iya tapi kenapa belnya juga tidak berbunyi?" Tanya Indy.
" Iya kenapa ya?? Tadi istirahat tidak berbunyi sekarang pulang juga tidak berbunyi tapi tadi pas pelajaran pertama berbunyi" kataku.
" Ah udah lah, ayo kita pulang " ajakku.
" Ayo itu Danis juga udah nungguin" kata Indy.
"Iya ayo" kataku.
Kami pun bergegas pulang.
Satu minggu kemudian 
" Ahh bu Lina pasti udah pindah. Karena dua hari lalu aku lihat status WhatsApp nya bu Lina udah beres-beres barangnya" kata Indy.
" Iya" kataku.
"Hemmm berasa gak semangat gak ada bu Lina" Sambungku.
"Itu Danis udah nungguin lagi" kata Indy sambil berlari.
" Ish tungguin aku" kataku.
" Ayo dong jangan lambat" kata Indy mengejekku.
" Ish kamu gak bilang pengen berlari" kataku.
" Udah ayo jalan ke sekolah" kata Danis.
"Eh bu Lina udah pindah ya  kemarin terakhir sama bu Lina di kelas foto-foto terus semua teman sekelas menangis" sambung Danis.
" Iya pasti nangis dong, satu minggu lalu kita juga  nangis pas bu Lina memberitahu mau pindah seisi kelas menangis" kataku dan Indy hampir bersamaan.
Dan dari situ aku merasa tidak mau sekolah. Ya bagaimana sih rasanya ditinggal orang tercinta pasti enggan melakukan sesuatu.
Dua bulan kemudian
Waktu hari minggu Danis mengirim pesan.
" Vin " pesannya.
" Iya" balasku.
" Kamu ikutan ekskul marching band gak? " Tanya pesan Danis.
" Gak.. emang kenapa" Jawabku.
" Aku pengen ikutan" pesannya Danis.
" Tinggal ikutan kan apa susahnya? " Pesanku kepada Danis.
" Eh Btw kamu kemana aja kok gak sekolah udah 4 hari?" Sambung pesanku
" Aku jauh rumahnya, hehehe aku pindah. Karena orang tuaku kerjanya pindah ke daerah Bogor" pesan singkat Dari Danis.
" H-hah? Yang bener kamu pindah? Kenapa kamu gak bilang " Pesanku.
"Hehe, kamu belum tau ya Indy juga belum tau" pesan Danis.
"Kenapa kamu gak bilang" pesanku.
Sudah beberapa menit Danis tidak kunjung membalas pesan dariku. Aku berpikir positif saja mungkin kuotanya habis atau baterai handphone nya lowbet, lalu aku menghubungi Indy.
"Indy" pesanku
" Iya ada apa?" Balas Indy.
" Kamu udah tau belum Danis Pindah?" Tanyaku.
" H-hah, Danis pindah? Yang bener?" Jawab Indy.
" Iya dia tadi nge chat aku bilangnya mau pindah karena orang tua nya dipindahkan kerjanya ke daerah bogor " pesanku.
" Pantesan udah empat hari gak sekolah" pesan Indy.
" Iya, dan tadi aku juga nanya ke Danis, kenapa kamu gak bilang kamu mau pindah? Tapi sampai sekarang belum di bales dan terakhir dilihat pun tadi, aku khawatir" cemasku.
" Wah? Kenapa ya?" Pesan Indy heran.
"Aku juga gak tau" pesanku
Satu jam kemudian Aku mengirim pesan lagi ke Danis.
"Danis , jawab kenapa kamu gak bilang kamu mau pindah!" Pesanku.
Sama saja tidak dijawab oleh Danis, di situ aku mulai berpikir yang negatif "apa jangan-jangan Danis memblokir kontak aku? Atau dia di pesantren? Atau dia gak dibolehin pegang handphone?" Pikiranku kacau. Aku terus menghubungi Danis tapi tidak ada respon bahkan terakhir dilihatnya pun sudah lama sekali tidak dilihat
Setiap hari aku selalu mengirim pesan kepada Danis walaupun tidak di baca atau dibalas, karena suatu hari aku yakin pasti Danis akan membacanya dan aku juga selalu mengirim pesan kepada bu Lina, ya pasti bu Lina selalu membalas karena nomornya masih aktif.
aku masih jauh.
"Vin, gak mau mampir dulu?" Tanya Indy.
"Enggak deh makasih. Lagian aku juga harus ngaji udah mau telat ini" jawab ku.
"Oh ya sudah, dadah" kata Indy sambil melambaikan tangan.
"Dadah" kata ku membalas lambaian tangan Indy.
Di dalam perjalanan pulang sendirian aku berpikir "Bu Lina bener pindah karena ikut suaminya kan? Aku khawatir kalau ibu pindah karena murid di kelas ku bandel banget, aku juga kadang kasian kalau ibu lagi menjelaskan materi malah ada yang berisik, keluar masuk kelas... Ahh"pikiran ku tiba-tiba ngeblank.
Empat puluh menit kemudian
"Akhirnya sampai juga" kata batinku.
Tok... Tok... Tok
"Assalammualaikum ibu aku pulang" kataku sambil membuka pintu.
"Wa'alaikumussalam langsung ganti baju terus mandi, sholat langsung makan udah selesai makan berangkat ngaji" kata ibuku.
"Iya iya" balas ku.

Cermin

Karya    : Dea Mustika Rahayu (8 D)

HEMAT AIR

Di suatu hari tepatnya hari Minggu aku dan keluarga seperti biasa membersihkan halaman rumah, seperti menanam bunga, menyapu dedaunan kering yang jatuh dari pohon manga, menyiram tanaman dan lain-lain. Aku yang sedang beristirahat di bawah pohon mangga dari kejauhan aku melihat adikku Tama yang sedang memainkan selang air, air itu disiram-siramkan di badannya. Air membuat becek halaman rumah , aku menghampiri Tama dan menghentikan tingkahnya, mula-mula Tama tidak mau menuruti namun setelah aku bujuk Ia pun menurutinya dan ia langsung ku suruh mandi. Ayah berpesan, setelah selesai mandi aku dan Tama ditunggu Ayah di teras belakang rumah. Beberapa saat setelah mandi aku mengajak Tama ke teras rumah. Ternyata di situ ayah dan ibu sudah menunggu kami. Mereka duduk di kursi teras, Aku lihat di atas meja ada teko yang berisi air teh dan 4 buah cangkir, ada juga sepiring pisang goreng." Duduklah Nisa, Tama," perintah ibu kepada kami. Kami pun duduk diantara ayah dan ibu." Tama, minum air teh dulu. Badanmu pasti dingin karena main air," kata ibu kepada Tama." Iya Bu,"jawab Tama sambil menuang air teh dalam cangkir. Ayah, ibu, dan aku juga menuang air teh ke cangkir kami masing-masing. Sambil menikmati air teh dan pisang goreng, kami pun berbincang-bincang." Tama, perbuatanmu main air tadi tidak baik. Kamu sudah menghambur-hamburkan air. Kamu kan tahu kalau air di rumah kita adalah air dari PAM. Setiap bulan kita membayar air yang kita gunakan. Maka dari itu, kita harus hemat air," terang ayah. “Bagaimana caranya, yah?"tanyaku." Ada banyak cara yang dapat kita lakukan,"jawab ayahku."apa saja itu yah?' Sebetulnya, kita sudah melakukan hemat air tanpa kalian sadari. Setiap hari kalian mandi dengan shower tidak dengan Gayung. Dengan gayung kita dapat menghabiskan air sekitar 15 liter. Kalau menggunakan shower, kita dapat hemat. Selain itu, keran yang ada di rumah ini adalah digunakan untuk mengalirkan air secara hemat. Nah, kalau kalian selesai mengalirkan air dengan keran, segeralah matikan. Tindakan yang kamu lakukan tadi, Tama, itu sangat tidak hemat air bahkan menghambur-hamburkan, Jelas Ayah. "Apakah ada acara lain selain itu yah? tanya Tama. "Masih, masih ada banyak lagi contoh lain seperti menghemat air adalah mematikan air keran setelah dipakai. Menyiram tanaman hanya pada pagi hari juga dalam rangka menghemat air." Nah, itu cara-cara menghemat air yang sudah kita lakukan di rumah ini, kata ayah. "Yah, Apakah resapan yang ayah buat di halaman itu juga dalam rangka menghemat air? "Tanyaku." Betul, Nis. Itu namanya biopori. Fungsinya untuk menghemat air." Senang sekali rasanya aku sore ini. Gara-gara Tama main air, aku jadi tahu cara menghemat air. Dalam hati aku berjanji untuk selalu menghemat air.

PANTUN 

Karya    : Fika Nadia Rahmah (7 B)

Beli bakso malang pedas
Tidak lupa membeli buah
Jika kita ingin cerdas
Maka harus rajin sekolah.
 
Pergi ke pasar beli sagu
Tidak lupa beli buku
Jika ingin juara satu
Maka belajarlah selalu
 
Bangun pagi langsung ke sawah
Di jalan bertemu pak camat
Pendidikan bukan tentang ijazah
Namun mencari ilmu yang bermanfaat


PANTUN 

Karya    : Ghina Eliana (8 B)

SAHABAT YANG TERPISAHKAN

Sahabat....
Aku masih mengingatmu
Ketika kita bersama, sejak kelas satu SD
Kini kita belum bisa bertemu kembali
 
Bermain denganmu sahabat
Bercanda gurau di waktu istirahat
Dan waktu pun berlalu.....
Aku menjadi rindu, rindu bermain denganmu
 
Tak disangka... tahun kemarin pertemun terakhir....
kini kita bertemu hanya melalui gawai, yang terkadang terkendala sinyal
padahal dulu kita sering bertukar makanan...sambil melihat suasana yang sangat indah....
 
Sahabat...
Semoga suatu saat nanti.. esok hari, minggu depan, bulan depan atau tahun depan
kita bisa bertemu kembali dan mengukir kenangan persahabatan


Cermin

Karya    : Nabila Suherman (7 A)

BUNGA SPECIAL MILIK FANNY

Pada suatu hari tinggalah seorang anak gadis yang bernama Fanny yang berumur 10 tahun, hobinya adalah merawat bunga, ia tinggal bersama ibunya di desa kecil yang jauh dari perkotaan. Setiap hari Fanny selalu membantu ibunya berjualan bunga ke kota untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Pada suatu hari Fanny sedang di dalam hutan untuk mencari bunga yang tumbuh di hutan, tiba tiba Fanny menemukan sebuah bunga yang berwarna merah pekat di dekat pohon besar yang terletak di tengah hutan. Fanny ingin mengambilnya tapi Fanny takut kalau bunga itu beracun atau semacamnya, tapi Fanny memberanikan diri untuk menyentuh bunga itu, saat Fanny menyetuhnya bunga itu tidak ada reaksi sama sekali malah bunga itu halus saat disentuh. Fanny langsung mencabut bunga itu untuk dibawa ke kebunnya yang berada di belakang rumah Fanny. Fanny langsung berlari cepat menuju ke kebunnya.

Sesampainya di kebun, Fanny langsung mencari sekop kecil di gudang dekat kebun, Fanny menggali tanah yang lumayan dalam untuk menanamkan bunga itu, lalu Fanny menyiram bunga itu secukupnya, tiba tiba ada suara yang memanggilnya dan itu adalah suara ibunya "Fanny kamu dimana..... Ayo cepat kemari untuk makan siang" sahut ibu Fanny yang memanggil Fanny dari depan pintu rumah. " Iya bu.....aku kesana" jawab Fanny sambil berlari dengan tubuh yang sudah dilumuri tanah, "ya ampun Fanny kamu kenapa bisa kotor begini?" Tanya ibu sambil menyiapkan makanan di meja makan. "Hehehe...... maaf aku baru saja menemukan bunga di dalam hutan, bunganya bagus aku menyukainya" jawab Fanny sambil berjalan menuju kamar mandi "sudah ibu bilang tidak boleh mengambil bunga di hutan sembarangan, bagaimana kalau bunga itu beracun.." jawab ibu dengan nada khawatir. "Tidak kok bu... Bunga itu tidak beracun tadi saat aku pegang tidak apa-apa" kata Fanny yang sedang mandi. "Huh....." Ibu Fanny menghela nafas.

Malam  hari pun tiba, saat malam hari Fanny selalu belajar sendiri atau menggambar. “Aduh malem malem gini enaknya ngapain ya?” Tanya Fanny kepada dirinya sendiri yang sedang memeluk bantal. Tiba tiba Fanny berlari ke dapur dan mengambil lentera yang menyala, lalu Fanny berlari ke arah belakang rumahnya. Ibunya Fanny yang sedang duduk di dapur kebingungan kenapa Fanny keluar mala- malam. Ternyata Fanny berlarian untuk pergi ke kebun, Fanny melihat bunga yang tadi siang ditanam, ternyata bunga yang tadi ia tanam bersinar terang, Fanny terkejut melihat akan hal itu Fanny menggosok-gosok matanya karena ia pikir itu halusinasinya. Fanny langsung berlari ke rumah dan menemui ibunya, "IBU!!! bu-bunga yang di belakang yang tadi aku tanam bersinar" teriak Fanny sambil berbicara terbata-bata karena kaget " Fanny apakah kamu sedang berhalusinasi nak?" Jawab ibunya yang tidak percaya "tidak bu, ayolah ikut aku, aku benar-benar melihatnya dengan mata kepala sendiri". Fanny langsung menarik ibunya ke kebun. Dan saat ibunya melihat... Itu benar!! Bunganya bersinar ibunya merasa kalau ia dan anaknya sedang berhalusinasi. Tapi saat ia sentuh ternyata benar ia tidak sedang berhalusinasi. Ibunga sangat senang karena kalau dijual akan menghasilkan uang banyak. Ibunya langsung membawa Fanny masuk kedalam rumah tanpa berkata-kata apapun. Fanny hanya ikut dan terdiam melihat ibunya sangat senang.

Keesokan  harinya, ibu Fanny mengajak Fanny ke tempat yang sejuk yaitu di bukit kecil yang berada di desa . Fanny merasa aneh karena kenapa tiba-tiba ibunya mengajak ke bukit? Fanny hanya mengikuti ibunya saja sambil berpikir, tiba-tiba ibu Fanny berkata.. "Fanny apakah kamu mau menuruti perkataan ibu dan berjanji?" Kata ibunya dengan lembut, Fanny merasa kebingungan kenapa tiba-tiba ibunya berkata seperti itu? "Hmmm memangnya ada apa bu?" Jawab Fanny yang kebingungan dengan sikap ibunya. "Ibu akan mengatakannya jika kamu mau berjanji dengan ibu" kata ibunya "baiklah aku berjanji" kata Fanny yang menjawab dengan kebingungan "baiklah... Jadi ibu berniat untuk menjual bunga yang kemarin kamu temukan, kalau kamu bertanya untuk apa.. itu untuk kepentingan sekolah kamu. Kamu pasti setuju kan?" Jelas ibunya yang terlihat memelas agar Fanny menyetujuinya. "Hah!! Tidak, tidak bu aku tidak mau itu adalah bunga spesial Fanny" jawab Fanny yang sangat kaget karena bunganya akan di jual. "Ibu tahu pasti kamu tidak akan setuju, tapi bagaimana dengan sekolahmu, cita cita yang kamu impikan untuk menjadi dokter. Apakah kamu akan menyia-nyiakan begitu saja?" Kata ibunya dengan lembut "t-tapi itukan bunga spesial Fanny aku merasa sayang jika dijual" kata Fanny yang sedih "Fanny apakah kamu tidak sayang dengan cita-citamu?" Kata ibunya sambil mengelus kepalanya dengan lembut "Fanny mau cita-cita Fanny tergapai, tapi Fanny juga tidak mau bunga Fanny dijual." Jawab Fanny yang sudah berkaca-kaca "Fanny dengarkan kata ibu, jika kamu mau bersekolah, mempunyai teman banyak, dan menggapai cita-cita mu maka relakan lah bunga itu sayang" kata ibu Fanny. Fanny hanya terdiam tidak menjawab apapun. "Baiklah ibu akan memberikan kamu waktu, nah sekarang kita pulang saja." Ajak ibunya sambil menarik tangan Fanny dengan lembut.

Sesampainya di rumah, Fanny hanya terdiam di kamar memikirkan apa kata ibunya tadi. "Aku memang mau bersekolah dan mempunyai teman yang banyak tapi..... Aku tidak mau menjual bunganya karena bunga itu pasti langka" ucap Fanny kepada boneka kesayangan yang bernama Lolita, "tok tok" suara pintu yang diketuk "Fanny ini ibu, apa ibu boleh masuk?" Suara ibu dari luar kamar Fanny "iya bu, boleh" ibunya langsung membuka pintu kamar Fanny " gimana? Kamu sudah setuju belum?" Tanya ibunya " ya sudah bu aku setuju, gapapa dijual juga" jawab Fanny yang sedih "nah gitu dong kamu harus mau" jawab ibunya yang sangat senang "baiklah kalau begitu malam ini kita akan ke kota untuk  menjualnya" kata ibunya.

Keesokkan harinya pada saat sore Fanny dan ibunya bergegas menuju ke kota, karena waktu menuju ke kota sangat jauh jadi ibunya dan Fanny berangkat dari sore, "nak apakah kamu tida apa apa?" Kata ibunya yang khawatir  melihat wajah anaknya begitu sedih "aku tidak apa apa bu" jawab Fanny dengan suara kecil. Saat sampai di kota langit sudah gelap dan memang banyak orang-orang sedang melakukan aktivitas seperti di siang hari, ibunya Fanny langsung mengeluarkan bunga ajaibnya, tiba tiba bunga itu bersinar terang, dan hal itu membuat sorotan banyak oramg, banyak orang yang menyaksikan bunga itu, tiba-tiba ada seorang pria yang terlihat masih muda dan kaya " permisi, apakah bunga ini milik anda?" Sahut pria itu kepada ibu Fanny "ah,benar itu bunga milik saya, apakah anda tertarik untuk membelinya ?" Jawab ibu Fanny dengan gembira "hmm kalau begitu saya beli bunga ini, berapa harganya?" Kata pria itu sambil menatap bunganya "mmm saya belum tahu" jawab ibu Fanny yang ragu. Lalu pria itu memberikan tas yang isinya penuh dengan uang "apakah cukup?" Tanya pria itu "wahhhh banyak sekali" kata Fanny yang kaget karena baru pertama kali melihat uang sebanyak itu, " wah, ini sangat cukup tuan" jawab ibu Fanny yang kaget" baiklah saya akan mengambil bunga itu, dan banyak juga orang yang kaget melihat hal itu.    

Ibu Fanny langsung pergi dari tempat berjualannya dan mengajak Fanny pulang sambil membawa tas yang berisi uang, sesampainya di rumah ibu Fanny langsung membuka tas itu dan isinya penuh dengan uang seratus ribu. Ibu Fanny langsung menangis bahagia karena ia bisa menyekolahkan anaknya lagi dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Pagi-pagi ibunya mengajak Fanny kesekolah yang tidak jauh dari desa untuk mendaftarkan Fanny ke sekolah itu.     Hidup Fanny dan ibunya tidak hidup dalam kemiskinan lagi malah lebih baik dan mempunyai rumah, toko kebun di kota, Fanny dan ibunya sangat bersyukur karena kebutuhannya tercukupi dan impian Fanny untuk sekolah terwujud. 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama