Karya Tulis Kel.4

 

KARYA TULIS BULAN KE-1 (OKTOBER)
Tantangan Membaca Bandung Barat (TMBB) V 2022
Siswa & Guru SMP Muslimin Cililin

MUHASABAH (Muslimin Handal, Sahabat Baca, Hebat)


CERPEN

Karya    : Ulfah Humairoh, S.Psi

PESANTREN RUMAH KEDUAKU

Suasana pagi yang menenangkan, langit berbalut biru membuat pagi begitu cerah, burung berkicau menjadikan alam tidak kesepian, suasana ini membuatku teringat dengan daerah yang jauh dari keramaian kota. Sejuknya dipagi hari menusuk tubuh hingga tulang membuat badan butuh kehangatan sambil menikmati pemandangan yang indah. Daerah kelahiranku yang begitu indah, iyah …. Karena aku sangat menikmatinya dengan keindahan alam, maklum saja semenjak menginjak sekolah Pertama hidup di perantauan.

Tiga tahun lamanya aku tidak tinggal dirumah, dan pesantrenlah yang menjadi tempat dimana aku berteduh dan menimba ilmu. Alhamdulillah selama tiga tahun dapat bertahan dan mampu untuk menyelesaikan studi dengan baik hingga mendapat predikat “Jayyid Ziddan” “ya Allah ternyata selama aku dipesantren tidak sia-sia meskipun di awal masuk pesantren dengan berat hati dan keinginan untuk pulang”, tapi dengan berjalannya waktu ternyata hati ini dapat melekat dengan namanya PESANTREN. Tidak hanya sekedar sekolah menengah pertama saja aku tinggal dipesantren tapi ketika lanjut sekolah menengah atas pun tinggal di pesantren meskipun berbeda tempat tapi tidak mematahkan semangatku untuk terus menimba ilmu agama lebih dalam.

Hidup di pesantren memang tidak mudah karena harus bergelut dengan hawa nafsu yang menjadikan diri ini enggan untuk menerimanya. Tidaklah mudah bagi seorang anak tinggal dikehidupan dan lingkungan yang berbeda bahkan peraturan dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali menjadi jadwal rutinitas sehari-hari yang sebelumnya harus beradaptasi. Sebagai orang tua pun tidaklah mudah bagi mereka melepaskan anak kesayangannya tinggal di pesantren, yang sebelumnya setiap hari direpotkan oleh tingkah laku dan sikap anak ketika dia sudah berada dipesantren rasanya rumah terasa sepi. Namun semua itu dapat kita lewati meskipun dengan berbagai halangan dan rintangan.
Pesantren adalah rumah keduaku karena disanalah aku di didik dan dibesarkan, disana juga aku belajar cara mengelola emosi, kemudian melatih kemandirian karena tidak selamanya apa yang kita inginkan dapat terwujud dengan mudah, butuh perjuangan untuk meraihnya, dan butuh orang lain untuk dapat mewujudkan mimpi kita. Pertama kali hidup di pesantren rasanya ingin segera cepat lulus biar bisa keluar dari padatnya kegiatan dan banyaknya aturan. Yah…. Namanya juga awalan pasti selalu ingat yang namanya rumah dan keadaan dilingkungan sekitar.

Rasa sedih ini sudah tidak terbendung lagi ketika membayangkan keadaan dirumah dan pamit ketika orang tua menitipkan kepada pihak asrama. Air mata tidak bisa ditahan, akhirnya menetes ketika aku akan melaksanakan sholat ashar berjamaah dengan santri yang lain. Tapi dalam keadaan itu bukan aku saja yang nangis, ternyata ada yang lebih rapuh dariku. Santriyah itu nangis sampai senggukan….ketika ditanya oleh kaka kelasnya, “kamu kenapa nangis?” dia menjawab “aku kangen rumah, aku ingin pulang aku gak betah” dan air mata terus bercucuran “aku belum pernah kaya gini, dirumahku kalo mau makan tinggal makan dan sudah disiapin, kalo mau minta ini itu langsung dilaksanain, tapi kenapa disini makan aja harus dijadwal mana jadwalnya padat dan waktu istirahatnya sebentar” ujarnya sambil menyikat air mata.

Kaka kelas berusaha menenangkan dan memberi pengertian, bahwa peraturan ini mengajarkannya kita untuk memiliki sikap mandiri, disiplin dan juga tanggung jawab baik kepada orang lain maupun diri sendiri. “iya..iyaa dek kaka mengerti ini pasti berat banget buat adek, tapi kalo adek yakin dan kuat ngadapinnya semuanya akan baik-baik saja, dan adek juga merasa tidak tertekan dengan tugas-tugas ketika dipesantren, mungkin adek ini lagi beradaptasi dengan aturan dipesantren nanti juga akan terbiasa” tangannya sambil mengusap kepala adek yang menangis.

Teman kaka yang satunya berusaha menghibur “tuh liat santriyah yang disana“ tangannya langsung nunjuk ke arah santriyah yang lagi fokus ngapalin dan sesekali mengobrol sambil ketawa-ketawa. “santriyah itu terlihat bahagia kaka liat dari kemarin dia happy malah dia merasa sangat senang sekali meskipun dengan kegiatan yang padat dan aturan yang ketat”. Seketika temanku yang tadi menangis senggukan tiba-tiba terhenti dan matanya mengarah pada santriyah yang periang itu, akhirnya dia tersenyum mencoba untuk bertahan di pesantren meskipun sangat berat sekali bagi dirinya. “nah, gitu dong senyum” sahut teman kaka yang satunya lagi sambil tangannya menyeka air mata santriyah yang sedang menangis tadi. Seketika aku juga berpikir, “aku juga harus berusaha untuk membuat orang tua aku bahagia, minimal dengan keadaanku yang sehat dan betah selama aku dipesantren” ucapku dalam hati.

Hari-hari telah berlalu semua santri dan santriyah baru mulai beradaptasi mereka terlihat mulai menerima peraturan yang ada di lingkungan pesantren dan ada beberapa santri dan santriyah yang mengundurkan diri dari pesantren (keluar) karena tidak tahan dengan aturan yang ketat akhirnya mereka memilih untuk pindah sekolah. Namun yang lainnya masih bertahan dan dengan lambat laun mereka betah bahkan sampai ada beberapa santri atau santriyah yang tidak pulang kerumah. Hingga pada akhirnya ada beberapa dari setiap angkatan yang mengabdi kepada pesantren karena betah dan khidmatnya kepada seorang guru.

Alhamdulillah akhirnya aku juga bisa menyelesaikan sekolah sambil tinggal di pesantren dan itu perjuangannya luar biasa. Ujian sebagai santri, sering sakit dan lain sebagainya yang hampir saja aku juga mau pindah sekolah karena tidak betah. Tapi akhirnya semua itu terlewati sudah sampai akhirnya aku mendapat gelar sebagai alumni. Dan sekarang setelah tidak tinggal di pesantren rasanya rindu sekali ingin kembali ke masa dulu yang dimana, banyak teman, makan bareng, kalau ingin mendapatkan sesuatu harus ngantri dulu, dan ciri khas SANTRI itu NGANTRI yang mengajarkan bahwa aku harus sabar karena setiap apa yang diinginkan butuh proses dan perjuangan. 


PUISI 

Karya    : Delia Lestari (7 D)

IBU 

Ibu....
Kau adalah hidupku
Kau adalah napasku
Kau adalah senyumku
Ibu....                                                                  
Kau selalu melindungiku
Sedih, senang selalu ada di sisiku
Kau adalah malaikatku
Ibu....
Kau melindungiku dengan pelukanmu,
melindungiku dengan senyumanmu
Terima kasih ibu


CERMIN 

Karya    : Ina Ijatul Inayah (7 D)

PERI SUNGAI

Dahulu kala ada anak kecil yang sedang nangis di pingir sungai. Dan ia didatangi seorang perii,, ia sangat terkejut dengan kedatangan perii ituu.

"Kamu siapa? saya sangat terkejut dengan kedatanganmu" kata anak kecil itu.

"Saya penghuni sungai ini, kamu kenapa mengis ada apa denganmuu?" jawab perii.

Anak kecil itu menjawab "Saya menangis karena saya kangen dengan ibu saya yang sudah tidak lagii bersama saya."

"Yau sudah karena saya kasian denganmuu anak kecil malang,, kamu sekarang bisa anggap saya ibu muu."

Perii memeluk anak itu dan ternyata anak itu bener anaknya, karena ada tanda di tangan anak itu, lalu perii itu berkata "Hey kamu ternyata anak kandung saya."  "Apa!!! Gak mungkin." anak kecil itu tak percaya.

Singkat cerita anak itu percaya bahwa perii itu adalah ibunya karena perii ituu sudah menceritakan semua kejadian  dahulu. Kini anak itu hidup bahagia bersama perii Sungai itu.


CERMIN 

Karya    : Keyjira Rajni Aqillah (8 A)

SAHABAT BAIK

Aku mempunyai sahabat bernama Arpa. Sebenarnya dia adalah sepupuku, namun aku menjadikan dia sebagai sahabat terbaikku, kami bersahabat sedari kecil. Dia baik, selalu memberiku kado yang istimewa setiap aku berulang tahun, 

Selisih umur kami hanya 1 tahun 5 bulan saja. Kami sangat dekat, dari waktu kecil dia selalu main ke rumahku dan terkadang dia menginap di rumahku. Ketika dia ulang tahun aku memberi dia kado yang istimewa, dan sebaliknya ketika aku ulang tahun dia selalu memberi aku kado, bahkan kado yang dia berikan lebih istimewa.

Karena sudah dekat, dia selalu ingin sama denganku, serupa anak kembar. Baju banyak yang sama, begitupun dengan barang lainnya dia selalu ingin sama dengan barang milikku, seperti casing HP, tas, kacamata, dan lain-lain, baanyaak... yang sama.

Dia orangnya cengeng tapi selalu semangat. Terkadang dia nyebelin, tapi perhatian, dia selalu menemani di saat aku sedang sendirian.


CERMIN 

Karya    : Neli Aulia Putri (7 D)

KEAJAIBAN

Dahulu kala ada sepasang suami istri, sebutlah si Ibu dan si Bapak. Mereka sudah lama menikah namun ditakdirkan tidak memiliki keturunan, padahal mereka ingin sekali memiliki keturuanan. 
Suatu pagi si Bapak pergi ke kebun, di sana dia mendapati seorang anak perempuan.  Anak perempuan itu terlihat sangat senang saat bertemu dengan si Bapak. Si Bapak bertanya "kenapa sendirian, tidakkah takut?" "Aku sangat takut dan  sangat kesepian di sini" jawab anak perempuan itu ,denagn uka sedih dan ketakutan. "Orang tuaku tidak ada" lanjutnya.  "Ya sudah, kalau begitu kamu ikut Bapak ke rumah, kamu bisa panggil saya Bapak" ajak si Bapak. Singkat cerita si Ibu sangat senang dengan kehadiran anak perempuan kecil itu. Anak perempuan kecil itu kini hidup bersama sepasang suamai istri yang sudah lama menginginkan keturunan.  Mereka beriga hidup bahagia.


PANTUN 

Karya    : Sopi Lailatul Ula (7 A)

Hari kamis pergi ke pasar
Tidak lupa membeli rambutan
Rajinlah selalu dalam belajar
Agar sukses di masa depan
 
Pagi-pagi membeli madu
Siangnya membeli es batu
Terima kasih guru tersayangku
Sudah mau membimbingku
 
Satu Kata  I Love You
Dua Kata I love You too
Terima kasih guru-guruku
Sudah mau mengajariku

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama